Jumat, 01 April 2016

CYBERBULLYING PADA REMAJA DAN EFEKNYA

Internet yang ada selama ini tidak selalu membawa kebaikan dalam kehadiranya di masyarakat. Internet dalam perkembanganya juga memberikan dampak negatif atau kurang baik bagi para penggunanya. Internet yang merupakan media yang menggunakan cyberspace  sangat rentan disalah gunakan khsusunya oleh para remaja. Oleh karena itu penting bagi kita mengetahui batasan-batasan yang ada dalam menggunakan internet dan kebijakan dalam penggunaanya. Fenomena yang sering terjadi dan menjadi masalah yang menarik di teliti adalah fenomena cyberbullying. Cyberbullying adalah fenomena yang kerap dialami oleh para pengguna media sosial ataupun internet kegiatan ini berbeda dengan bullying biasanya, perbedaanya ada pada penggunaan media sosial atau cyberspace dalam melakukan bullying. Cyber-bullying bisa diartikan sebagai pencemaran nama baik dalam bentuk teks atau gambar (termasuk foto dan video) melalui internet, ponsel, atau media elektronik lain. Sema-kin maraknya pengguna social networking seperti facebook, friendster, twitter dan seba-gainya membuat banyak orang membuka informasinya. Informasi-informasi pribadi jika dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab bisa disalahgunakan (Agatson, Kowalski, & Limber, 2007).

    Korban ataupun pelaku cyberbullying bisa dari beragam lapisan masyarakat dan tak terbatas umur mulai dari artis, tokoh publik, pelajar,mahasiswa, anak muda dan orang tua yang terpenting mereka setidaknya mempunyai komunitas virtual minimal satu. Dalam tulisan ini saya ingin membahas cyberbullying yang dilakukan oleh para remaja dan anak-anak. Ada istilah pada zaman sekarang bila tak mempunyai akun media sosial dianggap tidak keren, tidak modern dan tidak kekinian. Anak muda dan remaja mengartikan bahwa mempunyai akun media sosial adalah keharusan untuk supaya tidak dipandang kuno. Banyak dari mereka mengartikan media sosial digunakan hanya untuk membangun citra diri yang lebih baik dan parahnya lagi mereka hanya ikut-ikutan dan tidak mengerti alasan dasar menggunakan medsos, sehingga yang para remaja lakukan di media sosial hanya seperti ajang untuk pamer foto, menyebarkan informasi pribadi, mencari kekasih, mencari teman. Tidak memanfaatkanya lebih maksimal dan lebih positif. Namun terkadang hal yang tidak baik juga dilakukan oleh para remaja ini mulai dari memposting hal-hal yang berbau menghujat seseorang, memaki atau mengumpat terhadap seserorang ataupun sekelompok orang. Terkadang remaja juga menggunakan media sosial sebagai media pelampiasan kekesalan dirinya terhadap seseorang dengan menggunakan kata-kata sindiran bahkan kata-kata kasar tak luput dari kalimatnya.

Bagi seseorang yang pernah menjadi korban cyberbullying mengatakan bahwa bullying ini sangat membuatnya takut untuk menggunakan media sosialnya, seseorang yang menjadi korban juga terkadang menjadi takut berkomunikasi dengan orang lain, tak berani untuk berbicara di depan umum dan kehilangan rasa percaya diri. Terkadang bahkan ada yang sampai memberi penilaian bahwa dirinya itu memang selalu salah dan tak pantas hidup, karena tidak seorangpun yang menyukainya dan menginginkannya ada sehingga ada yang sampai nekat mengakhiri hidupnya karena tidak kuat akan tekanan bulyying yang dilakukan oleh kelompok mobbing (sebutan untuk kelompok pembully). Perlu diketahui bahwa tidak selamanya seseorang yang merupakan korban dari bullying tidak akan manjadi pelaku pembully juga.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mutia Mawardah1, MG. Adiyanti2 dalam jurnalanya yang berjudul Regulasi Emosi dan Kelompok Teman Sebaya Pelaku Cyberbullying mengatakan bahwa proses cyberbullying adalah bentuk dari luapan emosi yang tak dapat dikontrol dan dilakukan tanpa memikir dampaknya yang besar. Cyberbullying akan menyerang pada aspek psikologi seseorang seperti seseorang korban cyberbullying akan mengalami :
Sakit Jantung
Keluhan kesehatan akibat bullying ada beragam, tergantung kondisi fisik dan mental si korban ketika menghadapi bullying.Pemerhati anak Seto Mulyadi mengungkapkan trauma yang dirasakan para korban bullying bisa membuatnya jatuh sakit. “Ketakukan karena ada ancaman terus-menerus jadinya jantung terganggu atau darah tinggi,” tegasnya.
Depresi
Dikutip dari stopbullying.gov, bullying dapat berakibat pada meningkatnya perasaan sedih dan kesendirian pada korban, termasuk perubahan pola tidur dan makan akibat sering cemas serta hilangnya minat pada kegiatan yang biasanya sering dilakukan. Bahkan bila dibiarkan, persoalan ini akan terus terbawa hingga si korban beranjak dewasa. Hasil riset dari Brown University mengungkapkan pelaku bullying berisiko dua kali lipat mengalami depresi, kecemasan dan gangguan pemusatan perhatian daripada si korban. Sedangkan riset lain dari University of Essex UK pun menemukan orang-orang yang terlibat dalam bullying, baik sebagai korban maupun pelaku bullying atau biasa disebut dengan ‘bully-victims’ berisiko enam kali lipat terserang sakit kronis saat beranjak dewasa, di samping memiliki kebiasaan merokok dan mengidap gangguan psikiatri tertentu.
Penurunan Prestasi
Dalam stopbullying.gov juga dikatakan efek dari bullying adalah absensi anak di sekolah. Karena tindakan bullying kerap didapatkan si korban di sekolah maka mereka jadi malas sekolah dan sering membolos. Pada akhirnya mereka tak lagi tertarik pada pelajaran, nilai akademik menurun dan tidak menutup kemungkinan untuk mengalami DO (drop out).
Melakukan Tindak Kriminal
stopbullying.gov juga menekankan pem-bully atau korban sama-sama berisiko melakukan tindak kriminal sebagai bentuk pelampiasan atas kekerasan sosial yang mereka alami. Biasanya terlibat dalam perkelahian, vandalisme, mengonsumsi minuman keras atau menyalahgunakan obat-obatan terlarang.
Perilaku Agresif
Selain cenderung melakukan tindak kriminal, baik pembully atau korban sama-sama berisiko melakukan perilaku agresif misal lebih mudah memukul dan berkelahi serta cenderung melakukan aktivitas seks di usia dini, terutama bila sejak kanak-kanak sudah rutin di-bully.
Bahkan mereka dikatakan berisiko membawa perilaku ini hingga beranjak dewasa. Tidak menutup kemungkinan hal serupa akan dilampiaskan pada seseorang
Bunuh Diri
Ini menunjukkan betapa ngerinya dampak bullying terhadap kondisi psikologis seseorang. Bila tak cuek, bullying dapat menyebabkan si korban jadi depresi yang pada akhirnya bisa berujung pada ketidakpuasan hidup dan munculnya inisiatif untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Pemerhati anak dari Komnas Perlindungan Anak, Seto Mulyadi sendiri mengaku pernah menangani seorang remaja yang hampir bunuh diri karena tidak tahan cibiran dan ejekan teman-temannya di sekolah. Begitu pula dengan banyak kasus bunuh diri akibat bullying yang terjadi di Barat. Misal Amanda Todd (15) dari Kanada yang bunuh diri karena foto-foto vulgarnya tersebar di dunia maya atau Helena Farrell (15) dari Inggris hanya karena terlahir dengan rambut merah (ginger hair).
Begitu bahanya efek dari cyberbullying ini menjadikan kita sebagai generasi yang lebih tua untuk dapat mengawasi saudara-saudara kita yang berada dalam usia remaja untuk dapat bijak, dan cerdas dalam menggunakan media sosial yang mereka punya. Karena mereka yang berumur remaja adalah mereka yang rentan terhadap efek negativ internet dan mereka juga belum mengetahui atas dasar apa, mereka menggunakan internet dan media sosial.

SUMBERRegulasi Emosi dan Kelompok Teman Sebaya Pelaku Cyberbullying Mutia Mawardah1, MG. Adiyanti2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Cyberbullying di Kalangan Remaja (Studi tentang Korban Cyberbullying di Kalangan Remaja di Surabaya) Oleh: Yana Choria Utami
chapter : Children and New Media


Tidak ada komentar:

Posting Komentar