Selasa, 08 Maret 2016

Teori Media Equation

The Media Equation Theory
Pengantar :
 The Media Equation Theory atau Teori Media Ekuasi  pertama kali dikemukakan oleh Byron Reeves dan Clifford Nass pada tahun 1996 melalui tulisan mereka yang berjudul The Media Equation : How People Treat Computers, Television, and New Media Like Real People and Places.  Mereka berdua ialah pencetus juga keduanya merupakan profesor di jurusan Komunikasi Universitas Stanford Amerika. Tujuan teori ini adalah ingin mengetahui bentuk komunikasi antara individu manusia dengan media Melalui serangkaian penelitian yang mereka lakukan. Hasilnya, berdasarkan teori media equation ini Reeves dan Nass menggambarkan persoalan bagaimana orang-orang secara tidak sadar bahkan secara otomatis merespon apa yang dikomunikasikan media, seolah media itu manusia dan dianggap sebagai bagian dari kehidupan (media and the real life are the same). Pada teori ini mengambarkan bahwa media juga bisa diajak bicara juga media dapat diajak menjadi lawan bicara pada level komunikasi interpersonal seperti face to face.
Nama teori :
Dalam teori persamaan media ini, media seperti televisi dan komputer diberlakukan layaknya pemeran  sosial.

The Media Equation: Media = Real Life
Equation media atau persamaan media yang Dalam bukunya, The Media Equation, peneliti mengungkapkan bahwa kita selalu akan menanggapi media atau memberi respon dan seolah-olah menganggap media itu sendiri seperti hidup. Contoh praktisnya seperti kita melihat berita acara meninggalnya Olga Syahputra kita mengikuti aturan dari Implikasi praktis dari media equation ini adalah ketika kita menyalakan TV atau komputer kita, kita mengikuti aturan dari interpersonal interaction yang kita lalui menggunakan  aturan yang mengatur tatap muka interaksi interpersonal dengan orang lain.
Beyond Intuition that Protests: “Not Me, I Know A Picture Is Not A Person
Ketika kita menonton TV atau browsing internet, sebenarnya kita sedang merespon gambar yang seolah gambar itu asli hidup. Dan sebenarnya yang ditampilkan di layar adalah gambar yang hanya representasi dari benda aslinya. Reeves dan Nass menyatakan menyatakan bahwa sebenarnya orang merespons media secara sosial juga alami. Kondisi perilaku kita tidak terpengaruh oleh situasi yang kita alami. Saat berkata  “not me” yang mengartikan bahwa kita makhluk independen dan kita tahu bahwa yang kita lihat adalah buatan. Padahal dilain sisi kita menanggapi semua gambar yang ditampilkan oleh media tersebut.
3.  Pemikiran Lama Dibodohi Teknologi Baru
Reeves dan Nass menggunakan teori langkah lambat. Menurut mereka, otak akan terlibat saat dalam aktivitas dan perilaku sosial, juga melihat semua objek yang dilihat dan dirasakan  adalah benda nyata. Jadi sebenarnya kita belum menyesuaikan dengan keberadaan media baru sehingga apapun yang kelihatan terlihat nyata. diibaratkan  oleh kita. Contoh disaat kita melihat film zombie yang diumpamakan saat melihat film zombie atau mayat hidup, untuk menghilangkan rasa takut pada diri kita biasanya kita akan membuat sugesti bahwa ini tidak nyata ini buatan manusia tapi, jarang sekali kita melakukan hal seperti itu secara berlanjut karena efek dari film gambar suara yang seram. Ungkapan Reeves dan Nass bahwa, “Media are full partiscipants in our social and natural world.”
Pembuktian The Equation:
Interpersonal Distance─jarak interpersonal.
Jarak  antara penonton dengan TV berpengaruh terhadap perubahan sikap, emosi, dan gesture penonton.
 Similarity and Attraction (persamaan dan daya tarik)
Menurut peneliti ketika mesin dilengkapi dengan personality-like characteristics, orang akan menanggapi mesin seolah benda itu punya personality. Meskipun orang-orang ini menyatakan bahwa mereka tidak percaya mesin benar-benar punya kepribadian.
 Source Credibility─kredibilitas sumber.
Kredibilitas sumber ini  mempengaruhi tingkat trust kita terhadap suatu informasi.  Saat kita mendengar dari teman kita berita meninggalnya artis olga, kita tidak mudah percaya tapi setelah lihat di media itu sendiri dan merupakan media berita seperti di tv kita seperti langsung percaya.
Catatan Keritis :
Reeves dan Nass menyatakan bahwa, “Media are full partiscipants in our social and natural world.” (Griffin, 2003:405). Bagi Reeves dan Nass, media lebih dari sekedar “tool”. Bagi mereka yang dinamakan sebagai “tool” sebagai “hardware” yang bisa dibeli di toko. Sedang media, tidak bisa disamakan dengan perangkat keras yang mati. Karena media  memberikan kontribusi dan pengaruh yang  besar bagi kehidupan manusia. Mereka juga memberikan penekanan bahwa yang diberikan melalui televisi, komputer, dan bentuk-bentuk media lainnya adalah sebuah realitas virtual. Level teori ini mencakup komunikasi media atau massa.
Penerapan :
Menurut saya teori ini cukup menarik, dan yang saya dapat bahwa teori ini masih berhubungan dengan teori agenda seting yang dimana sama-sama membahas media. Dan bagaimana hubungan atau efek media ke individu-individu yang menggunakan media tersebut. Di teori ini kita diajarkan untuk melihat apa respon para individu yang melihat ataupun menerima suatu informasi dari media serta mempelajari sikp kita tentang media tersebut. Seperti sifat acuh, menanggapi bahkan membuat tingkat emosi menjadi tinggi sekalipun media bisa.
Contoh kasus :

Ketika di berita televisi ada kasus yang dimana seorang nenek tertangkap di daerah banyumas karena memungut biji kakao, dan dilaporkan oleh pengusaha tersebut dan dimana seperti tidak adilnya sang nenek harus disidang dan dipersuit. Para pemirsa pada tayangan tersebut di tv melemparkan berbagai tanggapan dan respon mulai dari acuh , ikut sedih, bahkan memaki para aparat yang terkesan keterlaluan. Respon inilah yang dimaksud bagaimana media dapat mempengaruhi sikap kita. Juga contoh lain seperti berita yang disampaikan oleh radio tentang teroris isis yang kejam memotong kepala tawananya yang membuat para pendengarnya merasa ketakutan dan terkesan sadis untuk mendengarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar